Sebagaimana ungkapan yang tidak asing bagi kita yaitu:
“ lihatlah apa yang dibicarakan dan
jangan melihat siapa yang berbicaara”. Terlepas dari suka dan tidak suka
maka perlu kita renungkan ide yang terungkap begitu brilian dan menjadikan itu sebagai
visi dari seorang jokowi jika menjadi
presiden 2014 ini.
Jokowi secara gamblang memaparkan apa yang akan dilakukannya jika
menjadi orang nomor satu di republik ini, diantaranya adalah bidang:
1. Pendidikan
Sektor pendidikan, Jokowi menekankan pada revolusi
mental. Menurutnya, revolusi mental akan efektif bila diawali dari jenjang
sekolah, terutama pendidikan dasar. Menurutnya, siswa SD seharusnya mendapatkan
materi tentang pendidikan karakter, pendidikan budi pekerti, pendidikan etika
sebesar 80 persen. Sementara itu, ilmu pengetahuan cukup 20 persen saja. "Jangan terbalik seperti sekarang. Sekarang ini
anak-anak yang kecil dijejali dengan Matematika, Fisika, Kimia, IPS. Sehingga
yang namanya etika, perilaku, moralitas tidak disiapkan pada posisi
dasar," kata Jokowi.
Menurut Jokowi, porsi materi ilmu pengetahuan
diperbesar pada tingkat SMP. Meski porsi ilmu pengetahuan diperbesar, Jokowi
mengatakan, materi pendidikan karakter, budi pekerti, dan etika harus lebih
besar. Ia menggambarkannya dengan persentase 60-40 persen untuk pendidikan
karakter. Jokowi mengatakan, porsi besar untuk materi tentang
ilmu pengetahuan baru diberikan di jenjang SMA. Besarnya, kata dia, mencapai 80
persen. Pada tahap SMA, porsi untuk pendidikan karakter, budi pekerti, dan
akhlak cukup 20 persen saja.
Selain itu, ia juga ingin meningkatkan jumlah SMK.
Menurutnya, negara-negara industri maju seperti Jepang, Korea, dan Jerman
adalah negara-negara yang punya banyak SMK. "Peningkatan
jumlah SMK adalah salah satu yang penting. Karena keterampilan semua ada di
sana. Karena di situ ada teknologi, di situ ada keterampilan, di situ ada skill yang dibangun," ucap Jokowi. Ia yakin, jika semua hal di atas dilakukan, akan
muncul generasi yang memiliki sikap mental dan budaya kerja yang baik, serta
penuh daya saing, yang pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas bagi
bangsa dan negara.
"Karena percuma kekayaan alam yang besar jika
tidak dibarengi dengan produktivitas, serta daya saing bagi SDM yang ada di
dalamnya. Tanpa revolusi mental, tanpa budaya kerja yang sudah tertanam sejak
kecil, saya kira sulit juga untuk membangun sebuah daya saing dan
produktivitas," papar Jokowi.
2. Pertanian
Di sektor pertanian, Jokowi menilai, Indonesia
kehilangan orientasi untuk membangun sektor ini. Indonesia, kata dia, tak
pernah lagi memunculkan varietas-varietas unggul. Bahkan, menurut Jokowi, satu
hektar lahan pertanian di Indonesia hanya dapat menghasilkan maksimal 4,5 ton,
sementara di negara lain bisa mencapai 8-9 ton. "Mestinya kalau sudah
ditentukan ingin memajukan pangan, infrastrukturnya dibangun. Bendungan dan
segala sistem irigasinya harus disediakan. Yang berkaitan dengan pupuk,
pestisida, semuanya harus disiapkan. Riset harus menjadi kunci utama, dan
diberi anggaran yang besar sehingga kita akan bisa memunculkan kembali
varitas-varitas unggul," katanya.
Selain itu, Jokowi
juga menyoroti banyaknya lahan-lahan pertanian yang terkonversi menjadi
perumahan, industri, dan pertambangan. Menurutnya, hal tersebut adalah
kesalahan karena Indonesia saat ini membutuhkan banyak lahan untuk sawah dan
ladang baru. Tak hanya itu, ujarnya, infrastruktur pendukung lahan pertanian
seperti waduk dan bendungan juga harus diperbanyak.
"Pernah tidak mendengar kita bangun waduk dan
bendungan baru? Padahal dalam perencanaan kita bisa bangun 70-an waduk per
tahun. Tetapi tidak dilaksanakan karena kita kehilangan disorientasi,"
ujar Jokowi. Lebih lanjut, Jokowi juga menyoroti mahalnya ongkos
produksi karena petani bergantung pada pupuk dan pestisida kimia.
"Harusnya petani disediakan pupuk dan pestisida
gratis sehingga mereka tidak terbebani biaya," katanya. Jokowi juga
menyoroti keberadaan terminal agro. Menurutnya, terminal agro sudah seharusnya
berada di setiap kabupaten. Ia menilai, menambah keberadaan terminal tersebut
akan dapat meningkatkan produksi di sektor pertanian, seperti yang dilakukan
Thailand.
"Terminal agro jangan hanya gedung saja. Saya
lihat di Dubai dan Abu Dhabi, 80 hektar lahan digunakan hanya untuk tempat
penyimpanan logistik pertanian saja. Mestinya di setiap daerah ada yang seperti
itu," ujar Jokowi. "Sebanyak apa pun panen yang melimpah ruah, tidak
akan berarti kalau tidak disiapkan industi pasca panen. Inilah yang harus
diluruskan, karena ketika kita menyuruh petani untuk menanam, maka harus
disiapkan pula industri pasca panennnya," katanya lagi.
3. Kelautan
Di bidang kelautan, Jokowi menyoroti kalah bersaingnya
nelayan-nelayan lokal karena ketertinggalan dalam bidang teknogi dibanding
nelayan-nelayan asing. Hal itu, menurutnya, menjadi salah satu penyebab
melonjaknya harga ikan di pasaran.
"Kapal-kapal negara lain yang masuk ke laut kita
sudah komplet. Ada kapal sepuluh, yang sembilan nangkap, yang satunya untuk pengalengan. Langsung
dikalengkan. Kenapa kita tidak bisa seperti itu. Padahal sebenarnya bisa,"
kata Jokowi. Ia berjanji, jika terpilih sebagai presiden akan
menyediakan kapal-kapal modern untuk para nelayan, yang disertai dengan pelatihan
bagi para nelayan.
"APBN kita gede banget, hampir Rp 1.700 triliun. Berapa sih biaya beli kapal? Murah sekali. Dan
berikan nelayan pelatihan, jangan yang gratisan karena itu tidak mendidik. Saya
paling tidak setuju dengan yang gratisan," ujarnya.
4. Energi
4. Energi
Di bidang energi, Jokowi menyoroti besarnya subsidi
BBM dan subsidi listrik. Menurutnya, daripada terus-terusan memberikan subsidi
BBM, lebih baik memaksimalkan gas dan batubara yang jauh lebih murah. "Contohnya untuk listrik. Subsidi listrik itu mencapai Rp 70 triliun.
Tapi kenapa listrik pakai BBM, kenapa tidak pakai batubara?" kata Jokowi.
Jokowi mencurigai, selama ini ada pihak-pihak yang
mengambil keuntungan dari besarnya subsidi BBM dan listrik. Hal itu yang
dinilaiya menjadi penyebab dilakukannya kebijakan yang sebenarnya lebih banyak
merugikan kas APBN itu. "Kenapa harus kita lakukan terus menerus? Karena
ada yang mengambil keuntungan besar dari sana. Dan keuntungannya itu
dibagi-bagi. Saya sudah tahu. Dulu waktu di Solo belum tahu. Tapi setelah di
Jakarta jadi tahu semuanya," kata mantan Wali Kota Solo itu. "Kalau
BBM bisa dikonversi ke gas atau batubara, kita akan bisa menghemat anggaran
hingga Rp 70 triliun per tahun. Jadi ada efisiensi anggaran," lanjutnya.
5. Infrastruktur
Di bidang infrastruktur, Jokowi menyoroti masih
kurangnya pengembangan infrastruktur di laut, pengembangan bandara, maupun
penambahan jalur kereta api. Untuk infrastruktur laut, ia menilai, jika dapat
dimaksimalkan, maka ke depannya tidak ada lagi ketimpangan harga antara daerah
yang satu dengan yang lain. Ia mengistilahkan konsep pembagunan infrastruktur
laut yang akan ia lakukan dengan istilah "tol laut". Menurutnya, tol laut adalah penyediaan kapal-kapal
berukuran besar untuk pengangkutan antarpulau dalam waktu yang sesering
mungkin.
"Jadi tol laut ini modalnya hanya kapal. Bukan
bangun tol di atas laut. Jadi tol laut itu pengangkutan pakai kapal dari
pelabuhan ke pelabuhan, tapi bolak-balik. Ini akan mempermudah manajemen
distribusi logistik, sehingga harga-harganya akan lebih murah," kata
Jokowi. Jokowi menjelaskan bahwa tol laut adalah konsep
distribusi jalur laut yang menghubungkan lima pelabuhan besar, yakni Pelabuhan
Belawan (Medan), Tanjung Priok (Jakarta), Tanjung Perak (Surabaya), Makassar,
dan Sorong (Papua Barat). "Jadi harus ada penyediaan kapal besar, dari Sumatera langsung ke
Papua, Papua ke Sumatera. Kalau ada kapal besar, ongkos angkutnya akan menjadi
kecil dan murah, karena ngangkutnya langsung banyak. Jadi tidak akan ada lagi
harga semen di Jawa Rp 50 ribu, di Papua Rp 1 Juta," ujar Jokowi.
Jokowi mencontohkan distribusi sapi dari NTT dengan
yang ada di Australia. Ia menilai, secara kualitas, sapi NTT tidak kalah
dibanding sapi Australia. Kekurangan yang terjadi selama ini hanya terletak
pada ketiadaan kapal pengangkut sapi yang berukuran besar. "Kalau dari NTT, ngangkutnya pakai kapal kecil-kecil. Sebenarnya sapi di sana
tidak kalah kualitasnya dibanding sapi Australia. Tapi ongkos biaya angkutnya
yang mahal, bisa sampai 50-60 persen. Kiriman sapi dari Australia, sekali
angkut bisa sampai 30 ribu sapi di dalam satu kapal. Kapal besar itu yang kita
tidak punya," katanya.
"Kalau ada tol laut ini, akan mempermudah
distribusi. Dari pulau besar ke pulau besar pakai kapal besar. Nanti ke pulau
yang agak kecil pakai kapal sedang. Dilanjutkan lagi dengan pakai kapal kecil
ke pulau-pulau kecil. Jadi, bukan kapal kecil dari Papua ke Jawa yang belum
tentu bisa sampai ke Jawa, karena di tengah jalan kena ombak langsung
terguling. Hilang semen, hilang sapinya," jelas Jokowi.
Sementara itu, untuk pengembangan bandara, Jokowi
mengaku akan menerapkan konsep kerja sama dengan investor swasta. Menurutnya,
ide tersebut muncul tak lepas dari permasalahan lambannya pengembangan Bandara
Soekarno-Hatta, yang berpengaruh pada semakin karut-marutnya jadwal
penerbangan. "Seharusnya kalau APBN tidak sanggup, serahkan
saja ke swasta. Tidak masalah. Asal hitung-hitungannya jelas dan biaya
pelayanan nantinya tidak membebani masyarakat. Kalau diserahkan ke investor,
semua bandara akan bisa dibagun baru seluruhnya," ujarnya.
Lebih lanjut, Jokowi juga menyoroti seputar
infrastruktur jalur kereta. Menurutnya, sudah seharusnya dilakukan penambahan
jalur kereta di Jawa, sembari membangun jalur kereta di kawasan-kawasan tambang
di Sumatera dan Kalimantan. "Pengangkutan batubara, nikel, dan bauksit
jangan sampai menggunakan jalan raya. Karena selain mahal, juga akan merusak
jalan. Dan itu kewajiban negara," kata Jokowi.
6. Administrasi birokrasi
Jokowi menutup pemaparan visi dan misinya dengan
program pembenahan di bidang administrasi dan birokrasi. Ia berjanji, bila
terpilih, akan segera menerapkan sistem elektronik dan jalur online dalam hal pengadaan barang dan jasa di seluruh institusi pemerintah,
termasuk dalam hal pengawasannya. Sistem tersebut adalah sistem yang saat ini
diterapkannya di lingkungan pemerintah provinsi DKI Jakarta.
"Kita harus menerapkan e-budgeting, e-purchasing, e-catalogue, e-audit, pajak online, IMB online. Kita online-kan semua. Jadi tidak ada lagi 'ketema-ketemu', supaya
'amplop-amplopan' hilang," katanya.
0 komentar:
Posting Komentar