Penemuan Injil kuno yang memprediksi kedatangan Nabi
Muhammad telah memunculkan kontroversi, terutama yang terkait dengan
kesamaannya dengan Alquran maupun kontroversi seputar keasliannya.
Menurut Laman Al-Arabiya, meskipun spekulasi tentang
kitab kuno yang diduga sebagai Injil Barnabas itu meramalkan kedatangan Islam,
namun sejauh ini tidak ada bukti yang menegaskan hipotesis tersebut.
Walau Injil Barnabas "mengakui" kedatangan
Islam dan Nabi Muhammad SAW, namun skeptisisme tetap muncul karena
kontradiksinya dengan Alquran. "Sebab, sebagian besar studi tentang kitab
ini menyatakan Injil Barnabas hanya kembali ke 500 tahun yang lalu. Sementara,
Alquran telah ada sejak 1400 tahun silam," demikian tulis Al-Arabiya,
Senin (27/2).
Adanya kontradiksi inilah yang menjadi alasan utama
mengapa para sarjana Arab mengabaikan terjemahan bahasa Arab Injil tersebut,
yang diterbitkan 100 tahun lalu. Sebagaimana diulas secara rinci oleh penulis
dan pemikir Mesir, Abbas Mahmoud Al-Akkad.
Dalam sebuah analisis yang ditulisnya pada 26 Oktober
1959 di surat kabar Al-Akhbar, Akkad mengatakan deskripsi neraka dalam Injil
Barnabas didasarkan pada informasi yang relatif baru yang tidak tersedia pada
saat di mana teks itu seharusnya ditulis. "Sejumlah deskripsi yang
tertulis dalam Injil itu merupakan kutipan orang-orang Eropa dari sumber-sumber
Arab," ungkapnya.
Akkad menambahkan, kisah Injil Barnabas tentang
bagaimana Yesus mengabarkan tentang munculnya Nabi Muhammad kepada kerumunan
ribuan pengikutnya amat sulit dipercaya. Injil ini, kata dia, mengandung
beberapa kesalahan yang begitu vulgar, baik bagi Yahudi, Kristen, maupun
Muslim.
Misalnya, sambung Akkad, kitab itu mengatakan ada
sembilan lapis langit dan yang kesepuluh adalah surga. Sementara dalam Alquran
hanya ada tujuh lapis langit. Juga klaim Injil yang menyatakan perawan Maria
tidak merasakan sakit saat melahirkan Yesus. Padahal, dalam Alquran disebutkan
Maryam menderita kesakitan saat melahirkan putranya.
Menurut Injil (Barnabas), Yesus mengatakan kepada imam
Yahudi bahwa dirinya bukan Mesiah dan Mesiah sesungguhnya adalah Muhammad SAW.
"Ini berarti ada penolakan atas keberadaan Mesiah, yang tak lain adalah
Yesus sendiri. Dengan demikian, seolah-olah Yesus dan Muhammad tampak seperti
satu orang yang sama," kata Akkad.
Kitab Injil ini juga berisi informasi yang tidak
memiliki kredibilitas sejarah, seperti adanya tiga tentara—masing-masing
terdiri dari 200.000 tentara—di Palestina. Sedangkan seluruh penduduk Palestina
sekitar 2.000 tahun lalu, tidak mencapai 200.000. Tragisnya, Palestina saat itu
diduduki oleh Romawi, dan tak mungkin diizinkan memiliki bala tentara sendiri.
Demikian pula, lanjut Akkad, kalimat terakhir dalam
Bab 217 yang menyatakan bahwa tubuh Yesus dibebani 100 pon batu. "Ini
menegaskan bahwa Injil tersebut ditulis baru-baru ini, karena penggunaan pon
sebagai satuan berat untuk pertama kali dilakukan oleh Dinasti Ottoman, dalam
sebuah eksperimen dengan Italia dan Spanyol. Dan kata-kata "pon"
tidak pernah dikenal pada masa Yesus.
Menurut Akkad, salah satu fakta paling mencolok yang
disebutkan dalam Injil Barnabas terdapat dalam Bab 53, yang mengatakan bahwa
pada Hari Kiamat bulan akan berubah menjadi balok darah. Dan pada hari kedua,
darah ini akan menetes ke bumi seperti embun. Kemudian pada hari ketiga,
bintang-bintang akan bertempur laksana serdadu perang.
"Berdasarkan sejumlah penelitian, Injil Barnabas
ditulis pada Abad Pertengahan oleh seorang Yahudi Eropa yang cukup akrab dengan
Alquran dan Injil. Dia kemudian mencampur-adukkan fakta dan opini dari berbagai
sumber, tanpa diketahui motif dan tendensinya," tandas Akkad.