Pertama kali penerjemahan surah Alquran dilakukan ke dalam bahasa Persia.
Alquran diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai mukjizat dan petunjuk. Kitab suci umat Islam itu berfungsi sebagai petunjuk hidup bagi seluruh umat manusia. Allah SWT berfirman dalam surah Al-Baqarah [2]:2, ‘’Kitab Alquran ini tak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang beriman.’’
Kitab suci Alquran diturunkan dalam bahasa Arab, namun agama Islam tak hanya berkembang di Jazirah Arab, namun hingga ke seantero dunia. Sejatinya, Alquran – sebagai kitab suci – tak hanya wajib dibaca, namun juga dikaji, dipahami, dan diamalkan.
Alquran diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai mukjizat dan petunjuk. Kitab suci umat Islam itu berfungsi sebagai petunjuk hidup bagi seluruh umat manusia. Allah SWT berfirman dalam surah Al-Baqarah [2]:2, ‘’Kitab Alquran ini tak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang beriman.’’
Kitab suci Alquran diturunkan dalam bahasa Arab, namun agama Islam tak hanya berkembang di Jazirah Arab, namun hingga ke seantero dunia. Sejatinya, Alquran – sebagai kitab suci – tak hanya wajib dibaca, namun juga dikaji, dipahami, dan diamalkan.
Perintah
untuk mengkaji, memahami dan mengamalkan ayat-ayat Alquran itu
tercantum dalam surah Al-Qamar [54];17, ‘’Dan sesungguhnya telah kami
mudahkan Alquran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil
pelajaran.’’
Seiring berkembangnya ajaran Islam, maka muncullah
keinginan dan kesadaran untuk menerjemahkan Alquran ke dalam berbagai
bahasa yang ada di dunia. Upaya untuk menerjemahkan Alquran itu telah
dimulai beberapa belas abad silam – ketika Islam mulai menyebar ke
berbagai benua -- bahkan pada saat Rasulullah SAW masih hidup.
Menerjemahkan
Alquran ke dalam bahasa lain bukanlah pekerjaan mudah. Betapa tidak.
Alquran merupakan mukjizat yang menggunakan bahasa ilahiyah, yang tak
mungkin dapat ditandingi manusia manapun.
‘’Menerjemahkan Alquran
selalu menjadi sebuah problematika dan isu yang sulit dalam teologi
Islam. Karena Muslim menghormati Alquran sebagai mukjizat dan tak bisa
ditiru,’’ ujar Afnan Fatani (2006) dalam "Translation and the Qur'an".
Terlebih, kata-kata dalam Alquran memiliki berbagai arti tergantung
pada konteks, sehingga untuk membuat sebuah terjemahan yang akurat
amatlah sulit.
Menerjemahkan Alquran bukanlah usaha untuk
menduplikasi atau mengganti teks Alquran yang asli. Kedudukan terjemahan
dan tafsir yang dihasilkan manusia tidak sama dengan Alquran itu
sendiri. Keaslian dan kemurnian Alquran dijaga oleh tangan Ilahi.
‘’Sesungguhnya
Kami-lah yang menurunkan Alquran, dan sesungguhnya kami benar-benar
memeliharanya.’’ (QS Al-Hijr [15]:9). ‘’Usaha manusia dalam
menterjemahkan bahasa ilahiyah sangat tergantung pada kapasitas manusia
itu sendiri,’’ ungkap Ziyadul Ul Haq dalam bukunya Psikologi Qurani.
Lalu
sejak kapan upaya penerjemahan Alquran ke dalam bahasa lain mulai
dilakukan? Menurut Afnan Fatani (2006) dalam "Translation and the
Qur'an". Upaya menerjemahkan ayat-ayat Alquran boleh dibilang pertama
kali dilakukan pada era Rasulullah SAW. Suatu hari, Nabi Muhammad pernah
berkirim surat kepada dua penguasa, yakni Kaisar Negus dari Abysssinia
dan Kaisar Heraclius dari Bizantium.
‘’Dalam surat itu,
Rasulullah mencantumkan ayat-ayat dari Alquran,’’ papar Afnan. Dalam
sebuah sarasehan ilmiah bertajuk ‘’Melacak Sejarah Penerjemahan
Alquran’’ yang diselenggarakan Universitas Islam Madinah Al Munawwarah
akhir 2007 lalu, terungkap bahwa pertama kali penerjemahan surah
Alquran dilakukan ke dalam bahasa Persia.
Guru Besar Sastra Arab
Universitas Islam Madinah Al Munawwarah, Syekh Tamir Salum,
mengungkapkan, berdasarkan data sejarah, permintaan untuk menerjemahkan
Alquran diajukan oleh umat Islam dari Persia. Mereka memohon kepada
Salman Al-Farisi untuk menerjemahkan kepada mereka beberapa ayat
Alquran.
‘’Salman kemudian menerjemahkan untuk Muslim Persia
tersebut surat Al-Fatihah. Salman merupakan salah seorang sahabat Nabi
SAW yang berasal dari non-Arab. Ia berasal dari desa Ji di Isfahan,
Persia,’’ papar Syekh Salum. Menurut dia, terjemahan yang terbanyak dan
diulang berkali-kali adalah ke bahasa Melayu, Indonesia dan Turki.
Versi lengkap
Sedangkan,
penerjemahan Alquran secara lengkap pertama kali dilakukan pada 884 M
di Alwar (Sindh, India sekarang bagian dari Pakistan). Terjemahan
Alquran tersebut, sebagaimana dikutip dari laman Wikipedia, dibuat atas
perintah Khalifah Abdullah bin Umar bin Abdul Aziz. Saat itu, penguasa
Hindu, Raja Mehruk memohon agar kitab suci umat Islam itu diterjemahkan.
Sebuah terjemahan Alquran berbahasa Persia dari abad ke-11 M
juga telah ditemukan. Namun hingga saat ini tidak diketahui siapa
pemilik karya terjemahan yang diberi judul Qur'an Quds ini. Afnan
menambahkan, seorang cendekiawan terkemuka Shah Waliullah juga pernah
menerjemahkan Alquran secara lengkap kedalam bahasa Persia.
Sedangkan,
Shah Rafiuddin dan Shah Abdul Qadir menerjemahkan Alquran secara
lengkap ke dalam bahasa Urdu. ‘’Pada 1936, barulah terdapat terjemahan
Alquran ke dalam 102 bahasa yang ada di dunia,’’ papar Afnan.
Syekh
Salum memaparkan, Alquran telah diterjemahkan ke berbagai bahasa Eropa
dan disusul ke dalam bahasa bangsa-bangsa Asia. Namun, kata dia, sangat
disayangkan masih adanya perbedaan antara terjemahan Alquran di
negara-negara Asia dan Eropa.
‘’Perbedaan tersebut terjadi
karena di Eropa banyak terjadi distorsi, baik berupa penambahan atau pun
pengurangan. Selain itu, orang-orang Eropa menganggap Alquran sebagai
teks biasa, tidak sama dengan orang-orang Asia yang sangat menjunjung
tinggi kesucian Alquran,’’ tutur Syekh Salum.
Penerjemahan
Alquran ke berbagai bahasa Afrika, ungkap Salum, baru dilakukan pada
saat para penjajah Barat datang ke benua hitam itu. Yang
melatarbelakangi upaya penerjemahan tersebut, kata dia, adanya desakan
dan permintaan kaum Muslimin Afrika karena kebutuhan yang mereka
rasakan.
Dibukukan
Upaya pembukuan karya
terjemahan Alquran mulai dilakukan oleh orang-orang Eropa pada abad
ke-12 M. Adalah Kepala biara Gereja Cluny, Petrus Agung atau Peter The
Venerable asal Prancis, menurut el-Hurr dalam tulisannya yang berjudul
"Barat dan Alquran: Antara Ilmu dan Tendensi", yang pertama kali
menerjemahkan Alquran secara tertulis pada 1143 M.
Dibantu
seorang teolog abad pertengahan berkebangsaan Inggris, Robertus
Ketenensis atau juga dikenal dengan nama Robert dari Ketton, dan
Hermannus Dalmatin atau juga dikenal dengan nama Herman dari Carinthia,
Petrus Agung kemudian menerjemahkan teks Alquran ke dalam bahasa Latin
yang diberi judul 'Lex Mahumet Pseudoprophete'.
Menurut el-Hurr, Petrus Agung menerjemahkan Alquran untuk mendapatkan
pengetahuan tentang kitab suci umat Islam yang pada zamannya menjadi
agama yang berkembang pesat di Andalusia, Spanyol. Salinan terjemahan
tersebut sekitar empat abad lamanya hanya dimiliki oleh pihak gereja
untuk dipelajari dan tidak diizinkan dicetak di luar gereja dengan
alasan supaya umat Kristen tidak mempunyai kesempatan mempelajari
Alquran terjemahan tersebut, hingga tidak akan ada penganut Kristen yang
murtad dari agamanya.
Pertengahan abad ke-16 M, tepatnya 1543, di bawah pengawasan seorang berkebangsaan Swiss bernama Theodor Bibliander, terjemahan ini kemudian dicetak ulang untuk pertama kalinya. Pada 1550, untuk kedua kalinya terjemahan Alquran ini dicetak ke dalam tiga jilid, meskipun terdapat banyak kesalahan dan kekeliruan yang tidak sedikit dalam terjemahan karya Petrus itu.
Meski begitu, terjemahan Alquran karya Petrus tersebut dapat diterima oleh bangsa Eropa, dan dalam waktu singkat menyebarluas di tengah-tengah masyarakat non-Muslim.
Pertengahan abad ke-16 M, tepatnya 1543, di bawah pengawasan seorang berkebangsaan Swiss bernama Theodor Bibliander, terjemahan ini kemudian dicetak ulang untuk pertama kalinya. Pada 1550, untuk kedua kalinya terjemahan Alquran ini dicetak ke dalam tiga jilid, meskipun terdapat banyak kesalahan dan kekeliruan yang tidak sedikit dalam terjemahan karya Petrus itu.
Meski begitu, terjemahan Alquran karya Petrus tersebut dapat diterima oleh bangsa Eropa, dan dalam waktu singkat menyebarluas di tengah-tengah masyarakat non-Muslim.
0 komentar:
Posting Komentar